Cerpen


“ I LOVE YOU GRANDMOTHER"

Rintikan hujan di pagi ini membuatku tak bisa kemana-mana, langit terbalut oleh awan-awan hitam yang sangat menakutkan, Indahnya sinar matahari tak bisa ku lihat di pagi ini. Berdiam diri di kamar mungkin lebih baik bagiku, merebahkan tubuh yang begitu lelah karena tumpukan pekerjaan yang tak kunjung selesai. Tatapanku tertujuh  pada sebuah cermin kusam yang begitu berharga bagiku, Terlihat seorang wanita tua dengan senyuman khasnya yang sangat indah, di dalam cermin itu aku membalas senyumannya dengan hangat, tak sadar tetesan air mataku sudah membasahi cermin itu. “ Aku sangat merindukanmu” Ucapku dalam hati.
            Wanita tua itu adalah nenek Darmi, ibu dari ayahku…  Saat itu juga terlintas rasa kecewa di hatiku, karena aku hanya bisa menepati satu janjiku padanya yang tentu saja tak sebanding dengan besarnya perjuangan yang ia lakukan untukku.
“ Nek, akan ku buktikan padamu, aku bisa menjadi seorang dokter seperti impian nenek selama ini, tidak hanya itu nek… ketika aku sudah sukses nanti, aku akan buat hidup nenek bahagia, memberikan apa yang selama ini belum pernah nenek rasakan.” Dengan semangat aku meyakinkan nenek.
“ Ya, Ry…, nenek percaya dengan janjimu. Tentunya kita harus terus berusaha dan terus berdoa pada Allah “. ucap nenek menasihatiku.
“ Ya, itu pasti nek, bukan kah dua kata itulah yang selalu nenek ajarkan pada ku? Usaha dan doa, tentunya dua kata itu tak kan pernah aku lupakan nek”.
 Itulah janji yang pernah aku berikan pada nenek.
            Waktu sudah berjalan, hari yang kami tunggu-tunggu akhirnya tiba. Aku mampu menyelesaikan kuliah di fakultas kedokteran, hingga gelar Dr sudah di genggaman tanganku. Aku memeluk erat nenek dengan tangisan bahagia, terasa begitu indah…., “Terima kasih Tuhan………”. Teriakku kegirangan, betapa tidak, aku bisa menepati janjiku pada nenek, dan jerih payah nenek selama ini bisa terobati,walaupun belum semuanya bisa kami raih, tapi kami sudah berhasil meraih satu mimpi, diantara mimpi-mimpi indah kami.
            Namun saat aku lagi berjuang untuk meraih mimpi-mimpi kami yang lain nenek pergi. Pergi meninggalkanku sendiri dengan cara yang begitu menakjubkan. Ia pergi setelah sholat subhu, saat ia lagi melantunkan ayat-ayat  Al-Qur’an dengan begitu indah.Sangat menakjubkan bukan?
Selesai menghantarkan nenek untuk pergi  ke tempat yang sangat jauh, aku hanya diam, meneteskan butiran-butiran air mata, berkurung di kamar, merasakan kesendirian tanpa nenek. Rintikan – rintikan hujan menemani saat itu, menumpahkan semua rasa sedih seakan bumipun menangis melihat kepergian nenek. Kelam… aku tak bisa berpikir apa-apa, terbujur lemah dan kaku, “ Nenek pergi “, ucapku dalam hati. Padahal selama ini nenek Darmi sudah ku anggap sebagai pengganti Ayah dan Ibu, karena sejak usia dua tahun aku tak pernah lagi merasakan belaian dan kasih sayang dari Ayah dan Ibu.
Lamunanku semakin jauh….  Seakan membawa pikiran-pikiranku menuju saat-saat aku masih kecil dulu, mengingat masa-masa ketika aku masih bersama nenek. Yah aku mengingatnya, aku terus bertanya dimana Ayah dan Ibuku berada.
“ Nek, ayah sama Ibu mana?” tanyaku dengan sangat polos.
“ Ayah dan Ibumu pergi cari uang Ry, bentar lagi pulang kok. Kamu sabar yah sayang..!” kata nenek lembut.
Kalimat itulah yang selalu aku dengar  tiap kali aku bertanya tentang ayah dan ibu, hingga aku pun merasa bosan sendiri untuk menanyakannya.
            Tapi saat aku mulai besar, nenek menceritakan semuanya padaku.. tentang Ayah dan  Ibu.
“ Ry.. maafin nenek, karena selama ini nenek terus menutup-nutupi apa yang terjadi pada ayah dan ibumu, sebenarnya ayah dan ibumu memang sudah tak akan pernah kembali lagi, mereka suda bahagia di surga sayang“. Ucap nenek dengan wajah penuh bersalah.
“ Ya, gak apa-apa nek, aku mengerti alasan nenek menutup-nutupi semua itu, pasti karena tak ingin melihatku sedih”.
Aku tak heran lagi mendengar penjelasan-penjelasan nenek, karena selama ini aku sudah bisa menebak dengan membaca setiap situasi yang terjadi.
Nenek Darmi adalah wanita yang luar biasa, membesarkanku sendiri, dengan semua jerih payahnya, dilakukannya hanya untukku. Walau hanya bekerja sebagai penjual kue keliling, tapi nenek tak pernah mengeluh, ia selalu memancarkan senyuman indahnya itu.:-)
Kasih sayangnya membuatku selalu bersemangat untuk menjalani kehidupan ini. Walau terkadang aku merasa minder setiap kali teman-teman bercerita tentang ayah dan ibunya.Apalagi saat pembagian raport, sering kali orang tua kami yang di suruh datang,
“ Anak- anak, besok pembagian raport, Bapak Harap Ayah atau Ibu kalian bisa datang untuk mengambil raport kalian” Ucap Wali kelasku.
Saat itu juga aku tertegun diam, mataku berkaca-kaca, badanku terasa lemas. “ Andai Kalian ada di dekatku, wahai Ayah dan Ibu” bisikku dalam hati.
Yah, aku selalu merasa kan kesedihan pada hari pembagian raport, melihat teman – teman lengakap dengan ayah dan ibunya, Sedangkan aku hanya ada nenek. Tapi ada rasa bangga tersendiri yang aku rasakan, saat namaku di panggil, karena mendapatkan juara umum, bangga…sangat bangga… melihat nenek menumpahkan semua senyuman itu, saat nenek maju ke depan mewakili ayah dan ibuku.
Hari hari terus kami lewati bersama, meski banyak sekali rintangan yang kami jalani, terutama saat aku sekolah, tentu saja karena biaya. Tapi nenek selalu menguatkan aku untuk tetap terus sekolah,
Semangatnya begitu luar biasa,… terkadang aku ingin sekali membantu setiap pekerjaannya, tapi ia tak pernah memberikan kesempatan padaku untuk ikut berjualan. Aku benar-benar tak sampai hati melihatnya setiap hari harus memincangkan langkah-langkah kakinya yang sudah mengkriput itu. Aku masih terlalu kecil untuk cari pekerjaan lain. Banyak yang tidak percaya dengan kemampuanku yang masih usia 11 tahun itu, jika ingin mencari pekerjaan.
“ Nek, mulai besok Ry gantiin nenek jualan kue yah? Nenek pasti capek, jadi nenek harus istirahat ”
“ Ry, kamu gak usah mikirin nenek, nenek masih kuat kok, yang harus kamu pikirin itu adalah belajar. karena nenek akan bahagia banget kalau kamu bisa jadi anak yang sukses sayang ” Ucap nenek.
Bahkan kata-kata inilah yang selalu ia katakan tiap kali aku ingin membantunya.
            Aku terus mengalah, dan seiring waktu terus berjalan, aku sudah duduk di bangku SMP, untung saja aku dapat sekolah gratis karena aku dapat beasiswa, dan aku juga sering bantu teman-teman belajar dirumahnya, lumayan ….
Namun, saat aku sudah berada di bangku SMA aku mulai punya ide, dengan terpaksa aku harus diam-diam bekerja tanpa sepengetahuan nenek, tiap pulang sekolah aku bekerja menjadi pelayan di salah satu restoran yang berada tidak jauh dari sekolah,  meski aku harus berpura-pura les di depan nenek. Dan malamnya aku juga menjadi guru priva anak SD.
Sampai akhirnya aku di terima di Fakultas kedokteran, semua itu benar-benar seperti mimpi, sebelumnya aku hanya menganggap semua itu sebuah impian yang mungkin tak kan pernah terjadi, tapi Subhanallah…., luar biasa. Tuhan  telah mendengarkan doa-doa kami, aku berhasil di terima di Fakultas kedokteran Universitas Padjajaran dengan dibiayai oleh pemerintah daerah, bahagia sekali rasanya, ku arahkan pandangan ke langit…., burung-burung terlihat mengepakan sayap indahnya, menari – nari melihatku tersenyum dengan penuh rasa syukur kepada Tuhan.
“Nikmatmu…. Begitu indah Tuhan. Lirihku dalam hati
Tiba-tiba terdengar seseorang mengetuk pintu rumahku…, aku langsung terperanjat dari lamunanku yang sudah begitu jauh, Laki-laki yang berpostur tubuh tinggi, hitam manis berada dihadapanku..Dr. Kay… , orang yang selama ini menemaniku semenjak kepergian nenek, tempat aku menumpahkan semua rasa sedihku karena tanpa nenek, tak lama lagi aku akan menikah dengannya, tapi sayang sekali aku harus menikah tanpa kehadiran nenek. Namun semua kenangan indah bersama nenek tak akan pernah aku lupakan.;-)
“ I LOVE YOU GRANDMOTHER’
           


           






You Might Also Like

3 komentar

Top Categories