"...anakku, sudah saatnya kau mencari teman sejati yang setia dalam suka dan duka. Teman baik, yang membantumu untuk menjadi orang baik. Teman sejati yang bisa kau ajak bercinta untuk surga."
Said tersentak mendengar perkataan ayahnya.
"Apa maksud ayah dengan teman yang bisa diajak bercinta untuk surga?" Tanyanya dengan nada penasaran.
"Dia adalah teman sejati yang benar-benar mau berteman denganmu bukan karena derajatmu, tetapi karena kemurnian cinta itu sendiri, yang tercipta dari keikhlasan hati. Dia mencintaimu karena Allah. Dengan dasar itu, kau pun bisa mencintainya dengan penuh keikhlasan; karena Allah. Kekuatan cinta kalian akan melahirkan kekuatan dahsyat yang membawa manfaat dan kebaikan. Kekuatan cinta itu juga akan bersinar dan membawa kalian masuk surga."
Cuma kau sendiri yg tahu, tapi aku tahu satu hal tentangmu.
Tak peduli apapun yg terjadi sebelumnya. Tak peduli apapun yg kita lakukan.
kita takkan pernah bisa melupakan cinta pertama kita.
Ya,,cinta pertama, jatuh pada pandangan pertama.
Pandangan yg penuh pengharapan,
pengharapan yg telah lama terbendung dalam penantian.
pengharapan yg telah lama terbendung dalam penantian.
Iya.. siapa lagi kalau bukan beliau, Ibu kita.
Ibu...engkau lah cinta pertama ku di dunia ini.
Ujian kesempitan dan kesedihan bisa menjadi jalan seseorang dekat dengan Allah, ujian kelapangan dan kebahagiaan bisa menjadi jalan seseorang jauh dari Allah.
Maka berhati-hatilah ketika Allah memberikan kelapangan dan kebahagiaan, jangan sampai malah melalaikan ibadah, lupa bersedekah dan merasa sombong bahwa semuanya hasil jerih payah sendiri.
Yang penting: Baik dalam keadaan lapang maupun sempit tetap hati kepada Allah.
Semoga hari ini Allah menurunkan rezeki yang baik, halal dan berkah serta diberikan jalan keluar setiap persoalan. Aamiin
"Terimalah ketidaksetaraan sebagai keniscahayaan, Jangan sampe yang diributkan adalah kesetaraan atau ketidaksetraannya. Karena pasti kedua hal tersebut tidak akan setara. Dan yang diributkan jangan kesetaraannya, tapi ributkanlah keseriusan kita dalam perannya tersebut. Seperti halnya dalam debat, jangan pernah berdebat bersama orang bodoh karena untuk dia paham debatnya kamu harus menurunkan derajatmu seperti orang bodoh tersebut. Kalaupun kamu sudah turun sederajat seperti orang tersebut berarti kamu kalah dalam pengalaman menjadi orang bodoh".